Senin, 13 April 2009

Silent...........!!!

Sunday, 22 nd of December 2008
Emmmmmm……………
I feel empty……..
Nothing that I can see
Just a shadow seemly
All thing is nothing for me……..
All thousand word I couldn’t say

I just can be dumb really……
All of angel just look me strangely
I’m crazy……….
crazy of me….!!!

I’m doubtful…………….
To understand me and soul
I’m thinkful
How to understand me at all
I just wanna fall
And just wanna call……….
To stay here forever
Forever and ever……………


“Me”

Mimpi.......Q

Ketika aku butuh sesorang yang menemaniku…
Mimpi adalah teman sejatiku
Ketika aku ingin sandaran yang kokoh
Mimpi adalah benteng untukku
Tapi kadang mimpi enggan mendekatiku
Karena aku terlena dengan egoku
Mimpi bahkan menjauhiku
Karena aku mabuk dengan cintaku
Mimpi………
Mimpiku aku kehilanganmu
Mimpiku……….
Mana sayap-sayap putihmu??
Yang selalu q rindu dalam lelapku…..
Kau t’lah berjanji
Suatu saat nanti kau akan membawaku terbang bersamamu…….
Terbang bersama asa dan citaku……..
Mimpiku………….Apa kau mendengarku……??
Maafkan q mungkin kau kecewa pada q yang mengabaikanmu
Padahal q tau kau sangat berharga bagiku….
Mimpiku maafkan aku…….
Surabaya, 31 th of Desember 08'

MAHASISWA SEBAGAI “THE NEXT FOUNDING FATHERS”

Berangkat dari makna kata “Mahasiswa”, menurut bahasa kata ini berasal dari kata majemuk “Maha” dan “Siswa” yang berarti siswa yang sekolah di perguruan tinggi. Akan tetapi kalau ditinjau dari segi keilmuannya, mahasiswa dikenalsebagai kaum intelektual, menilik dari kata ”Kaum Intelektual” secara tidak langsung mahasiswa dapat dikatakan orang yang mempunyai ilmu yang mumpuni yang pastinya dapat diandalkan untuk kelangsungan masa depan masyarakat sosial nantinya, dalam artian mahasiswa merupakan tonggak kehidupan manusia in the next future.

Akan tetapi betapa mirisnya ketika melihat keadaan riil yang ada. Apakah mahasiswa pada zaman sekarang bisa dikatakan sebagai kaum intelektual yang benar-benar bisa menjadi harapan agama, bangsa dan negara. Ditinjau dari realita keadaan para mahasiswa yang dikatakan sebagai kaum intelektual, tidak sedikit mahasiswa yang terlibat dalam transaksi jual beli barang haram yang sangat terkenal dengan istilah NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif) yang secara telak sudah divonis oleh para medis atau bahkan kaum agamis sekalipun, bahwasanya barang ini sangat membahayakan, baik itu untuk kesehatan jasmani maupun rohani. Maka alangkah bodohnya orang yang dengan sengaja menjerumuskan dirinya kedalam lembah kenistaan, nista jasmani dan nista rohani. Bahkan bukan hanya berhenti dalam satu masalah ini, tidak sedikit mahasiswa yang terjerumus dalam pergaulan bebas (free sex). Kata-kata free sex tidak akan terlepas dari kata-kata AIDS. Gonta-ganti pasangan, gaya hidup sex yang tidak sehat, ataupun menggunakan jarum suntik secara bergantian yang biasanya digunakan para pecandu (junkies). Dari beberapa cara yang disebutkan ini bisa menularkan virus HIV yang mematikan yang sampai saat ini belum ditemukan obat yang bisa menyembuhkan. Tidak cukup sampai disini problem yang ditimbulkan oleh mahasiswa, perloncoan agama, pengrusakan dengan dalih unjuk rasa dalam rangka menyampaikan aspirasi masyarakat, dan seribu satu macam masalah lainnya yang tidak bisa kita sebutkan satu persatu dalam artikel ini.

Ketika kita bercermin dari banyak masalah yang ditimbulkan oleh mahasiswa ini apakah layak mahasiswa diberi gelar sebagai kaum intelektual atau bahkan seabagai agent of change. Ditinjau dari kebobrokan moral mereka, mahasiswa bukan memberikan perubahan yang berarti untuk masayrakatnya akan tetapi bahkan sebaliknya, kehancuran yang mereka sumbangkan untuk agama, bangsa dan negara. Lantas bagaimanakah mahasiswa yang bertnggungjawab akan tugasnya sebagai “tongkat estafet” bangsa? Apakah mahasiswa sadar akan tanggungjawab mereka? Apa yang akan mahasiswa sumbangkan kepada Ibu Pertiwi tercinta? Apa yang seharusnya mereka fikirkan terhadap problema masyarakatnya yang tanpa mereka sadari merupakan tanggungjawab mereka?Semua jawabannya sekarang ada dibenak masing-masing sebagai kaum intelektual yang beratanggung jawab sebagai mahasiswa yang dipercaya menyandang predika sebagai mahasiswa yang dipercaya moral force, agent of social control, avant garde, dan agent of change.

Yang pertama, Mahasiswa sebagai moral force (gerakan moral) berarti mahasiswa sebagai kaum cendikiawan yang berarti adalah kaum terpelajar senantiasa mengaplikasikan ilmu yang mereka miliki dengan memberikan contoh etika dan moral yang manusiawi kepada masyarakatnya. Karena itulah yang sebenarnya kita butuhkan sekarang , ketika melihat keadaan moral bangsa yang seamakin hari semakin bobrok, maka ini merupakn suatu kiniscayaan yang menjadi suatu kebutuhan priemer dalam membangun kembali keterpurukkan bangsa Indonesia. Meningkatnya rate of criminality coruptian, nepotism, collusion merupakan akibat dari moral bangsa Indonesia yang sudah tidak manusiawi. Yang memang pada hakikatnya keadaan bangasa kita yang seperti ini merupakan hambatan yang sangat merugikan bangsa Indonesia dalam upaya untuk come forward to be better (maju kedepan untuk lebih baik).

Yang kedua, mahasiswa adalah agent of social control (agen pengontrol sosial), mahasiswa sebagai kelas otonom dan independen yang mampu membaca kondisi masyarakat sekitar yang memang merupakan tanggung jawab mahasiswa. Salah satu bentuk wujud perhatian itu bisa dalam bentuk :

1. Dengan memiliki bekal kapasitas keilmuan yang memadai, mahasiswa harus menjadi middle class dalam upaya penyambung lidah masyarakat dalam menyampaikan aspirasi mereka kepada kaum elit (pemerintah) baik berupa aksi atau nonaksi. Aksi turun jalan yang sehat atau menulis artikel yang berisikan kritik membangun untuk pemerintah agar senantiasa memberikan perhatian lebih yang mungkin selama ini telah diacuhkan seperti masalah kemiskinan, pendidikan , pengangguran serta kesehatan.

2. Aktif dalam lembaga-lembaga sosial masyarakat yang senantiasa turun langsung dalam usaha pengentasan masalah-masalah kemiskinan, pengangguran, pendidikan dsb, seperti mengadakan bakti sosial, kelompok belajar atau pusat-pusat keterampilan.

Yang ketiga, mahasiswa adalah avant garde (garis terdepan), mahasiswa yang memang telah dipercaya sebagai kaum cendikiawan harus menjadi pemeran utama yang berada pada garis dapan untuk ikut andil dalam usaha mencapai impian para founding fathers kita untuk mewujudkan Indonesia untuk menjadi bangsa yang benar-benar menjadi bangsa yang dewasa baik itu dalam bidang iptek, ekonomi, kebudayaan, dan politik. Dalam hal ini yang harus kita fikirkan bersama sebagai mahasiswa adalah ilmu apa yang senantiasa yang dapat kita abdikan kepada masyarakat nantinya untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa kita.

Dan yang terakhir, mahasiswa adalah agent of change (agen perubahan). Masa depan agama, bangsa dan negara adalah berada dalam genggaman kita. Maju dan mundurnya suatu bangsa adalah tergantung kemana kaum muda membawa nasib bangsa. Mahasiswa adalah harapan satu-satunya sebagai penerus para founding fathers yang telah hidup jauh beberapa tahun dibelakang kita. Harapan mereka mahasiswa dapat memberikan suatu perubahan yang berarti sesuai dengan harapan. Keterpurukkan bangsa dalam wujud krisis global yang sekarang kita hadapi adalah suatu keniscayaan dari suatu akibat dari kesalahan fatal yang telah dilakukan pada masa lalu, maka yang harus dilakukan mahasiswa sekarang adalah mengembalikan bangsa kita pada kehendak bersama yang berpegang pada nilai-nilai pancasila dan norma-norma yang telah lama dipegang oleh nenek moyang kita dengan didasari oleh sikap dewasa. The Next Founding Fathers, Let’s begin!! (Yuni Wulandari)